Hijrah cintaku menguatkan.. alasanku..
Untuk mencajdi manusia.. lebhi baik….
Namun saat sinar-Nya datang… menjemputku
Mana mungkin aku ingkari
“Hijrah Cinta” by Rossa
Assalamualaikum...
Seperti biasa, ketika sudah hiatus beberapa lama, aku bingung harus memulai
dari mana, eniwei, let’s start with
bismillahirrahmanirahiim of course.. hehe… Saat aku menulis, aku sudah hampir
sebulan berada di kota Jember. Yuph, kota kecil di wilayah tapal kuda Jawa
Timur. How come? Takdir.. cuma itu
yang bisa dikatakan. Yahh.. meski tetap atas kemauanku juga sih..
Jadi inget, saat lulus SMA, waktu itu pingin kuliah di luar kota, maka aku
buat daftar beberapa kota yang ada Universitas Negeri-nya, termasuk Jember yang
ada UNEJ. Tapi ternyata Bapak waktu itu kurang berkenan kalau aku harus ke
Jember. Dan sampai akhirnya aku ngerti alasan Bapak nggak ngizinin aku ke
Jember. Daerah ini tergolong tough
karena penduduknya yo ngono kuwi
lah.. hehe.. ntar dikira ngomongin SARA lagi. Tapi finally, setelah aku jadi seorang Ayah, aku malah mendarat di
Jember demi menafkahi keluarga. What a
Life..
Gusti Allah kalau ngajak becanda emang nganu..
ngoten lah pokoknya. Itu baru satu contoh. Contoh lain tentang Bapak yang
mirip kisahnya kaya di atas adalah cerita kalau Bapak mau berurusan sama yang
namanya Bank hanya untuk urusan KPR aja, selain itu, bahkan gaji bapak terima
tunai dari kantor, sampai belio meninggal kalau ngga salah emang ngga pernah punya
rekening Bank. Kalau blio masih ada, aku nda bisa ngebayangin perasaan blio
kalau anak sulungnya (yang ngganteng) pernah kerja di BANK, punya
beberapa rekening dan kartu kredit, terus anak bungsunya kerja di financial lending, dan salah satu
meantunya pegawai bank. Well… laif buanget lah
Kalau denger cerita Ibu tentang idealismenya Bapak sometimes aku jadi merasa beruntung diajarkan apa itu idealisme
tapi juga bersyukur bahwa Allah menunjukkan bahwa rencana-Nya adalah yang terbaik.
Dimulai dari doa, mimpi, cita-cita, dan harapan… diteruskan dengan rencana,
eksekusi, dan perbuatan terus-menerus.. lalu diakhiri dengan tawakkal,
kepasrahan, dan lagi-lagi doa.
Udah ah.. mungkin ini
efek karena pingin nulis tapi belum ada ide yang cemerlang untuk merangkai
kata. Jadinya semacam ngelantur tanpa makna
Wallahualam bi shawab
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Warmest Regards,
Rakhmad Herdiawansyah