Selasa, 14 Februari 2017

(Masih) Menguntai Lipatan Cerita Sang Masa

Hijrah cintaku menguatkan.. alasanku..
Untuk mencajdi manusia.. lebhi baik….
Namun saat sinar-Nya datang… menjemputku
Mana mungkin aku ingkari

“Hijrah Cinta” by Rossa


Assalamualaikum...

Seperti biasa, ketika sudah hiatus beberapa lama, aku bingung harus memulai dari mana, eniwei, let’s start with bismillahirrahmanirahiim of course.. hehe… Saat aku menulis, aku sudah hampir sebulan berada di kota Jember. Yuph, kota kecil di wilayah tapal kuda Jawa Timur. How come? Takdir.. cuma itu yang bisa dikatakan. Yahh.. meski tetap atas kemauanku juga sih..

Jadi inget, saat lulus SMA, waktu itu pingin kuliah di luar kota, maka aku buat daftar beberapa kota yang ada Universitas Negeri-nya, termasuk Jember yang ada UNEJ. Tapi ternyata Bapak waktu itu kurang berkenan kalau aku harus ke Jember. Dan sampai akhirnya aku ngerti alasan Bapak nggak ngizinin aku ke Jember. Daerah ini tergolong tough karena penduduknya yo ngono kuwi lah.. hehe.. ntar dikira ngomongin SARA lagi. Tapi finally, setelah aku jadi seorang Ayah, aku malah mendarat di Jember demi menafkahi keluarga. What a Life..

Gusti Allah kalau ngajak becanda emang nganu.. ngoten lah pokoknya. Itu baru satu contoh. Contoh lain tentang Bapak yang mirip kisahnya kaya di atas adalah cerita kalau Bapak mau berurusan sama yang namanya Bank hanya untuk urusan KPR aja, selain itu, bahkan gaji bapak terima tunai dari kantor, sampai belio meninggal kalau ngga salah emang ngga pernah punya rekening Bank. Kalau blio masih ada, aku nda bisa ngebayangin perasaan blio kalau anak sulungnya (yang ngganteng) pernah kerja di BANK, punya beberapa rekening dan kartu kredit, terus anak bungsunya kerja di financial lending, dan salah satu meantunya pegawai bank. Well… laif buanget lah

Kalau denger cerita Ibu tentang idealismenya Bapak sometimes aku jadi merasa beruntung diajarkan apa itu idealisme tapi juga bersyukur bahwa Allah menunjukkan bahwa rencana-Nya adalah yang terbaik. Dimulai dari doa, mimpi, cita-cita, dan harapan… diteruskan dengan rencana, eksekusi, dan perbuatan terus-menerus.. lalu diakhiri dengan tawakkal, kepasrahan, dan lagi-lagi doa.

Udah ah.. mungkin ini efek karena pingin nulis tapi belum ada ide yang cemerlang untuk merangkai kata. Jadinya semacam ngelantur tanpa makna
Wallahualam bi shawab

Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Warmest Regards,


Rakhmad Herdiawansyah